"KITA harus bangga, berani, dan percaya diri sebagai orang Indonesia. Kita adalah negara yang besar. Bersikaplah sebagai bangsa yang besar." Demikian kutipan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.
Kutipan yang begitu menggugah bagi kita semua untuk bangga, berani, dan percaya diri sebagai bangsa Indonesia. Menyimak kutipan di atas, semestinya kita semakin sadar bahwa Indonesia begitu besar bukan hanya wilayahnya, melainkan juga sejarah dan budayanya. Potensi Indonesia juga sangat besar dan bukan lagi akan menjadi bangsa yang besar, namun memang sudah besar.
Contoh sederhana untuk mengungkapkan rasa bangga kepada Indonesia adalah kemenangan tim nasional sepak bola Indonesia U22 di turnamen AFF U22. Timnas U22 mengalahkan Thailand 2-1, meski sempat tertinggal. Thailand selalu menjadi hadangan bagi Indonesia untuk bisa menjadi juara terutama di sepak bola. Meski dianggap bukan kandidat juara, para penggawa timnas U22 tampil bangga, berani, dan percaya diri. Seperti kutipan Retno Marsudi di atas. Keberhasilan ini menjadi sukacita rakyat Indonesia di tengah beberapa kasus yang menimpa sepak bola Indonesia. Raihan yang diraih anak-anak muda tersebut bisa menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara besar dan kita semua haru bangga, berani, dan percaya diri.
Harus diakui masih banyak pihak yang mengungkapkan rasa pesimistis terhadap bangsa ini. Rasa pesimistis ini berangkat dari hal-hal yang dianggap kurang tepat atau salah. Dan, pada 2019 ini ketika suhu politik memanas, rasa pesimistis semakin muncul ke permukaan. Sebenarnya hal yang lumrah dalam iklim demokrasi saat ini. Petahana akan memamerkan keberhasilan dan mencoba menutupi atau memaklumi kekurangan, sedangkan penantang akan mengkritik kebijakan yang dianggap kurang tepat atau salah. Sayang, perbedaan pandangan tersebut sering diikuti dengan hal-hal yang kurang produktif. Yang semestinya ada gagasan dan keberhasilan, namun yang terjadi kadang justru menyerang secara personal hingga cenderung hanya mencari kelemahan lawan. Adu perbedaan pandangan yang diperagakan oleh elite kita menjadi tontonan masyarakat dan bahkan masyarakat terlibat dalam hal-hal yang kurang produktif.
Kondisi ini yang membuat sebagian masyarakat menjadi pesimistis tentang Indonesia. Kutipan-kutipan tentang Indonesia menjadi bangsa besar seperti dipatahkan dengan sikap-sikap tidak produktif para elite bangsa. Masyarakat kita selalu dipertontonkan adegan-adegan, komentar-komentar ataupun gesture-gesture yang tidak produktif. Sekali lagi, ini yang membuat masyarakat seolah menjadi ragu tentang kebesaran bangsa ini. Akibatnya, rasa bangga terhadap bangsa memudar. Rasa percaya diri pun terkikis. Bangsa yang dikatakan besar justru masih berkutat dengan persoalan-persoalan yang tidak produktif. Pihak-pihak yang berseteru seolah mempertontonkan kembali masa lalu Indonesia yang diadu domba oleh bangsa lain.
Sejarah jelas-jelas mengajarkan kita tentang kebesaran Indonesia atau Nusantara. Dari sisi budaya, Indonesia telah mengenal tulisan-tulisan sejak ribuan tahun yang lalu. Naskah-naskah kuno di Indonesia menunjukkan betapa bangsa ini mempunyai peradaban yang luar biasa. Kemampuan masyarakat Nusantara dalam mengelola bangsa melalui kerajaan-kerajaan telah terbukti. Cara berdagang bangsa ini pun diakui bangsa lain. Potensi alam yang melimpah pun membuat bangsa lain iri. Sejarah telah menjelaskan kepada kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Rasa bangga dan percaya diri mulai dihancurkan oleh kolonialisme dengan mengadu domba dan membumihanguskan catatan-catatan sejarah kita. Selama ratusan tahun, bangsa ini seolah disulap menjadi bangsa inferior. Memasuki era 1900 rasa berani, bangga, dan percaya diri mulai membuncah hingga pada 1945 terlepas dari kolonialisme.
Sayang, sejarah kelam kolonialisme di Indonesia saat itu tanpa kita sadari ingin dimunculkan lagi. Beda pendapat hingga menjadi permusuhan. Beda pandangan menghilangkan persaudaraan. Beda pilihan malah berpisah. Ini yang terjadi tanpa kita sadari. Semua harus merenung, bahwa bangsa ini besar karena perbedaan. Bahwa kita harus bangga dengan bangsa ini karena perbedaan. Dan, kita semakin percaya diri karena bangsa ini dibangun dengan perbedaan. Maka sudah waktunya bagi kita semua untuk bisa memberikan tontonan yang produktif, agar semua pihak bisa benar-benar merasa berani, bangga, dan percaya diri sebagai Indonesia. (mhd).
Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1382658/16/bangga-berani-percaya-diri-1551313851
Kutipan yang begitu menggugah bagi kita semua untuk bangga, berani, dan percaya diri sebagai bangsa Indonesia. Menyimak kutipan di atas, semestinya kita semakin sadar bahwa Indonesia begitu besar bukan hanya wilayahnya, melainkan juga sejarah dan budayanya. Potensi Indonesia juga sangat besar dan bukan lagi akan menjadi bangsa yang besar, namun memang sudah besar.
Contoh sederhana untuk mengungkapkan rasa bangga kepada Indonesia adalah kemenangan tim nasional sepak bola Indonesia U22 di turnamen AFF U22. Timnas U22 mengalahkan Thailand 2-1, meski sempat tertinggal. Thailand selalu menjadi hadangan bagi Indonesia untuk bisa menjadi juara terutama di sepak bola. Meski dianggap bukan kandidat juara, para penggawa timnas U22 tampil bangga, berani, dan percaya diri. Seperti kutipan Retno Marsudi di atas. Keberhasilan ini menjadi sukacita rakyat Indonesia di tengah beberapa kasus yang menimpa sepak bola Indonesia. Raihan yang diraih anak-anak muda tersebut bisa menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara besar dan kita semua haru bangga, berani, dan percaya diri.
Harus diakui masih banyak pihak yang mengungkapkan rasa pesimistis terhadap bangsa ini. Rasa pesimistis ini berangkat dari hal-hal yang dianggap kurang tepat atau salah. Dan, pada 2019 ini ketika suhu politik memanas, rasa pesimistis semakin muncul ke permukaan. Sebenarnya hal yang lumrah dalam iklim demokrasi saat ini. Petahana akan memamerkan keberhasilan dan mencoba menutupi atau memaklumi kekurangan, sedangkan penantang akan mengkritik kebijakan yang dianggap kurang tepat atau salah. Sayang, perbedaan pandangan tersebut sering diikuti dengan hal-hal yang kurang produktif. Yang semestinya ada gagasan dan keberhasilan, namun yang terjadi kadang justru menyerang secara personal hingga cenderung hanya mencari kelemahan lawan. Adu perbedaan pandangan yang diperagakan oleh elite kita menjadi tontonan masyarakat dan bahkan masyarakat terlibat dalam hal-hal yang kurang produktif.
Kondisi ini yang membuat sebagian masyarakat menjadi pesimistis tentang Indonesia. Kutipan-kutipan tentang Indonesia menjadi bangsa besar seperti dipatahkan dengan sikap-sikap tidak produktif para elite bangsa. Masyarakat kita selalu dipertontonkan adegan-adegan, komentar-komentar ataupun gesture-gesture yang tidak produktif. Sekali lagi, ini yang membuat masyarakat seolah menjadi ragu tentang kebesaran bangsa ini. Akibatnya, rasa bangga terhadap bangsa memudar. Rasa percaya diri pun terkikis. Bangsa yang dikatakan besar justru masih berkutat dengan persoalan-persoalan yang tidak produktif. Pihak-pihak yang berseteru seolah mempertontonkan kembali masa lalu Indonesia yang diadu domba oleh bangsa lain.
Marinus Wanewa jadi pahlawan Timnas Indonesia U-22 setelah mencetak dua gol ke gawang Kamboja U-22 sekaligus menyegel tempat di semifinal Piala AFF U-22. Foto : Bolalob |
Sejarah jelas-jelas mengajarkan kita tentang kebesaran Indonesia atau Nusantara. Dari sisi budaya, Indonesia telah mengenal tulisan-tulisan sejak ribuan tahun yang lalu. Naskah-naskah kuno di Indonesia menunjukkan betapa bangsa ini mempunyai peradaban yang luar biasa. Kemampuan masyarakat Nusantara dalam mengelola bangsa melalui kerajaan-kerajaan telah terbukti. Cara berdagang bangsa ini pun diakui bangsa lain. Potensi alam yang melimpah pun membuat bangsa lain iri. Sejarah telah menjelaskan kepada kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Rasa bangga dan percaya diri mulai dihancurkan oleh kolonialisme dengan mengadu domba dan membumihanguskan catatan-catatan sejarah kita. Selama ratusan tahun, bangsa ini seolah disulap menjadi bangsa inferior. Memasuki era 1900 rasa berani, bangga, dan percaya diri mulai membuncah hingga pada 1945 terlepas dari kolonialisme.
Sayang, sejarah kelam kolonialisme di Indonesia saat itu tanpa kita sadari ingin dimunculkan lagi. Beda pendapat hingga menjadi permusuhan. Beda pandangan menghilangkan persaudaraan. Beda pilihan malah berpisah. Ini yang terjadi tanpa kita sadari. Semua harus merenung, bahwa bangsa ini besar karena perbedaan. Bahwa kita harus bangga dengan bangsa ini karena perbedaan. Dan, kita semakin percaya diri karena bangsa ini dibangun dengan perbedaan. Maka sudah waktunya bagi kita semua untuk bisa memberikan tontonan yang produktif, agar semua pihak bisa benar-benar merasa berani, bangga, dan percaya diri sebagai Indonesia. (mhd).
Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1382658/16/bangga-berani-percaya-diri-1551313851
Tags:
Tajuk