Letkol Inf Drs. Solih. (Foto: Puspen TNI) |
Terbongkarnya sindikat Saracen yang diduga aktif menyebarkan berita bohong bernuansa SARA di media sosial berdasarkan pesanan, memang merupakan hal yang terorganisir, bukan semata aksi individu dan uang semata, ada indikasi-indikasi lain untuk kepentingan kelompok yang disengaja untuk menjatuhkan pemerintah agar menjadi gaduh. Hal tersebut sangat berbahaya bagi ke utuhan NKRI.
Modusnya, sindikat yang beraksi sejak November 2015 tersebut mengirimkan proposal kepada sejumlah pihak, kemudian menawarkan jasa penyebaran ujaran kebencian bernuansa SARA di media sosial. Memang itu keliatan hanya uang semata, di balik itu adalah kejahatan luar biasa, karena ini akan melibatkan semua anak bangsa untuk saling membenci dan saling menyakiti.
Kita pernah mendengar jauh-jauh sebelumya Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengingatkan prajurit TNI dan Polri agar mewaspadai adanya upaya adu domba kedua institusi negara itu dari kelompok tertentu. TNI dan Polri jangan mau diadu domba, dan perlu meningkatkan kewaspadaan. Terutama untuk terus menjaga kesatuan antara aparat negara. Jangan sampai ada yang merusak hubungan TNI dan Polri. Indikasi ini memang sudah tercium sejak beberapa waktu yang lalu. Kalau kedua insitusi bisa diadu domba habislah riwayat NKRI ini, siapa lagi yang akan mepertahan NKRI benteng terakhirnya pun sudah rapuh akibat adu domba.
TNI sebagai garda terdepan dan sekaligus sebagai benteng terakhir bangsa, harus senantiasa menjunjung tinggi komitmen untuk mempertahankan dan membela keempat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) yang menjadi konsensus dasar dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian TNI akan tetap konsisten dan berkomitmen menindak tegas oknum-oknum, kelompok maupun golongan tertentu dalam masyarakat yang berkeinginan untuk menggoyang empat pilar yang sudah menjadi konsensus bangsa ini.
Lemahnya tali perekat rasa kebangsaan maupun semangat nasionalisme terhadap bangsa Indonesia merupakan ancaman tersebut tidak boleh dibiarkan sampai berlarut-larut. Disamping dapat mengurangi kewibawaan pemerintah juga sangat mengganggu ketenangan masyarakat, yang pada muaranya dapat menimbulkan keresahan sosial. Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari masyarakat majemuk. Namun, keragaman dan perbedaan itu tidak boleh menjadi sumber konflik namun bisa dijadikan pembelajaran yang dapat diajadikan suatu kemajuan dan kemakmuran bangsa.
TNI Menjadi Sasaran Hoax
Di Indonesia masyarakatnya 90 persen menggunakan media sosial, misalnya Facebook, Youtube, Twitter, Instagram dan selama 24 jam. Masyarakat Indonesia selalu melihat atau ketergantungan kepada media sosial minimal 4 - 5 jam perharinya disela-sela aktifitasnya, atau kadang apabila menemukan sesuatu yang aneh, mereka tidak segan-segan mengirim foto tersebut di media sosial. Dari sini kita bisa melihat bagaimana ketergantungan masyarakat akan media sosial dalam kehidupannya.
Alangkah bahayanya apabila dalam setiap hari masyarakat mengkonsumsi sajian berita-berita bohong yang bersifat menebar kebencian untuk memancing emosional seseorang maupun kelompok, apalagi dikaitkan dengan `publik` sangat sensitif dan bisa jadi mengundang kemarahan pihak yang tertuduh melakukannya.
Kecanggihan dan perkembangan teknologi internet yang saat ini sedang mengalami peningkatan yang tajam membuat segala informasi yang berasal dari dalam maupun luar negeri dapat dengan mudahnya diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan. Kini, kita tidak hanya melihat berita dari televisi, radio, surat kabar, majalah dan film, kita dapat mencari dan memperbarui informasi dari internet. Kita mau mencari apa saja di internet sudah tersaji, betapa luar biasa internet bisa membantu informasi yang baik maupun yang jelek sekalipun di situ ada.
Menyikapi semakin masifnya berita-berita bohong (Hoax) yang dapat menyebabkan perpecahan, membahayakan persatuan dan kesatuan, kebhinneka tunggal ikaan, dan munculnya kebencian di antara anak bangsa, maka perlu upaya-upaya dari semua komponen masyarakat untuk menyikapi media sosial ini dengan pembelajaran, kedewasaan, dan penuh kehati-hatian. Berita bohong ini memang diciptakan untuk tujuan tertentu dengan memanfaatkan media sosial yang begitu cepat sampai kepada masyarakat sebagai propaganda kelompok tertentu.
Propaganda merupakan kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok tertentu untuk proses mempengaruhi pihak lain dengan tidak mengindahkan etika, moral, aturan, nilai, norma dan lain-lain guna memenangkan tujuan yang akan dicapai. Akibatnya, apapun akan dilakukan untuk memenangkan tujuan yang akan dicapai tersebut.
Beberapa kasus beredarnya berita bohong (Hoax) yang merugikan institusi TNI dan nama baik Panglima TNI antara lain; Dukungan kepada Panglima TNI untuk Menjadi Presiden RI, Isu Makar yang Dilakukan oleh Purnawirawan TNI yang ditayangkan Dragon TV yang diilustrasikan seperti peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965, Isu ceramah Panglima TNI pada acara Maulid Nabi di Petamburan, Isu Keberpihakan TNI kepada Rakyat Bertujuan Makar, Rumor Jabatan Panglima TNI Mau Dicopot, Kuda Troya Jokowi dan Gatot Nurmantyo, juga Isu Panglima TNI minta Sumbangan untuk Korban Aceh. Serta foto-foto Panglima TNI dan Pejabat TNI dengan keterangan gambar berisi informasi untuk menguntungkan pihak tertentu.
Selain itu, penggunaan akun yang mengatasnamakan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo berkembang cukup banyak. Di Facebook saja misalnya, ada 70 akun lebih atas nama Gotot Nurmantyo yang semuanya sangat merugikan institusi dan pribadi Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, belum di Instragram, Twitter dan platfrom media lainnya.
Akun-akun yang tersebar yang mengatas namakan pejabat TNI dipantau oleh dinas penerangan TNI dan bekerja sama dengan Kemkominfo untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap akun yang tidak bertanggung jawab, bahkan Puspen sendiri tidak segan-segan langsung memberikan cap "HOAX" karena merugikan institusi TNI terutama Panglima TNI yang dijadikan gambar tampilan di akun tersebut. Tidak mau insitusinya dijadikan berita Hoax Puspen sendiri sudah puluhan menyetempel Hoax di akun yang memuat Panglima TNI dan pejabat TNI lainnya.
Mari sama-sama menjadi orang yang tidak mudah tertipu oleh sebuah berita. Mari kita semua bersikap kritis dan skeptis terhadap seluruh informasi yang diterima, sekalipun informasi itu berasal dari sumber yang paling kredibel. Sikap kritis dan skeptis akan membawa kita untuk selalu ingin tahu. Sifat selalu ingin tahu akan membangkitkan semangat belajar sehingga pengetahuan juga semakin bertambah. Namun jangan begitu saja percaya pada sebuah artikel dan pemberitaan yang ada di dunia maya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi barokah untuk NKRI dan seluruh bangsa Indonesia, amin.
TNI sebagai Perekat Bangsa untuk Melawan Hoax
Negara-negara kuat di dunia seringkali dapat dengan mudah mencampuri urusan dalam negeri suatu negara. Mereka telah tampil sebagai kekuatan politik utama di dunia, karena negara itulah yang paling kuat ekonomi dan sistem persenjataannya. Setiap saat negara-negara di dunia dapat mengalami instabilitas akibat intervensi negara dan bangsa lain terhadap urusan dalam negeri suatu negara.
Mulai tahun 2010 dan 2011 kita menyaksikan berbagai gejolak politik di berbagai negara dan kawasan. Negara-negara di kawasan timur tengah secara signifikan menampakkan gejolak politik yang menuntut perubahan kepemimpinan dan sistem pemerintahan negara. Negara-negara yang di kawasan Timur Tengah yang mengalami gejolak politik menuntut perubahan kepemimpinan dan sistem pemerintahan yang demokratis, antara lain Tunisia, Suriah, Mesir, Yaman, Libya, dan lain-lain.
Indonesia harus berkaca pada negara Timur Tengah dan kita harus bersiap tidak menutup kemungkinan akan terjadi kepada negara kita, oleh sebab itu kita memiliki kekuatan harus kita gali dan diaplikasikan sesuai dengan pembukaan UUD 1945, pertahanan negara merupakan usaha untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan nasional, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dari pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa upaya perlindungan terhadap masyarakat, bangsa dan negara adalah sebuah keniscayaan dan keharusan bagi setiap komponen bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terus eksis di kancah percaturan global.
Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar apabila Bangsa Indonesia menyiapkan benteng terakhir bangsa jika dihadapkan pada kondisi lingkungan internal bangsa yang sangat rentan untuk disusupi oleh kekuatan asing. Implementasi Peran TNI dalam membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, dilakukan melalui kegiatan Pembinaan Teritorial dengan metode yaitu Bakti TNI yang merupakan pendayagunaan kemampuan TNI terhadap obyek yang bersifat fisik, dan Pembinaan Ketahanan Wilayah (Bintahwil) dalam rangka membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, serta Komunikasi Sosial (Komsos) dalam obyek membina kesadaran mental spiritual sebagai wujud pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembinaan Teritorial tersebut adalah semata-mata untuk kepentingan membangun kepekaan komponen bangsa dalam mewujudkan Ketahanan Nasional, baik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan terjaminnya penyiapan pertahanan dan keamanan negara, sehingga kita perlu mengoptimalkan peran bersama untuk mencegah segala kemungkinan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kini yang sedang viral dengan penyebaran berita bohong (Hoax) melalui media sosial dengan menyebarkan kebencian sesama anak bangsa.
Menurut pendapat penulis, TNI mampu sebagai perekat Bangsa dengan kegiatan Bakti TNI untuk menghadapi kondisi sekarang seperti berita bohong melalui media sosial yang menyebarkan kebencian. Bakti TNI terutama program komunikasi sosial yang sudah dilaksanakan oleh TNI dari mulai Babinsa sampai dengan Panglima TNI.
Dalam melakukan komunikasi sosial kepada semua komponen masyarakat, kalau kami lihat telah terjalin komunikasi timbal balik antara Babinsa maupun masyarakat, sehingga komunikasi yang digagas oleh TNI sudah tepat, karena materi komunikasi tidak baku dan menyesuaikan dengan keadaan sosial di masyarakat, termasuk audiennyapun beragam mulai dari anak SD hingga mahasiswa, dari tokoh agama, pemuda hingga para petani. Ini menurut penulis adalah luar biasa dan mampu untuk memerangi berita bohong (Hoax).
Komunikasi sosial yang dilakukan TNI bagaimana tidak efektif, dari unsur teritorial hingga unsur tempur baik TNI AD, TNI AL dan TNI AU melakukan komunikasi sosial sesuai dengan tugas dan dimana TNI itu berada, sekalipun di pulau terdepan NKRI. Inilah salah satu perekat yang dilakukan TNI terhadap masyarakat untuk membentuk jati diri yang kuat dan kokoh terhadap badai apapun yang menerpa di tenggah-tenggah masyarakat, seperti berita bohong (Hoax).
Penulis adalah Kasubbidstrakomnet Puspen TNIâ
Sumber:
Tags:
Opini